User description

Refinitiv mencatat, Selasa (1/6) pagi harga CPO kontrak Agustus di Bursa Derivatif Malaysia jeblok 1,7 persen ke 3.852 ringgit Malaysia per ton. Harga ini terendah sejak 20 April lalu. Namun, Selasa sore harga CPO pulih dan berada di 3.919 ringgit Malaysia per ton atau stagnan dibandingkan harga penutupan Senin (31/5).Pada Senin, harga kontrak CPO pengiriman Agustus juga turun menjadi 85 ringgit Malaysia per ton atau setara dengan 2,12 persen ke 3.925 ringgit Malaysia per ton. Padahal, akhir pekan lalu harga CPO berhasil ditutup di 4.010 ringgit Malaysia per ton.https://pbase.com/topics/wrenchpotato0/sariagri_menanam_pohon_man Analis komoditas PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuabi, mengatakan penurunan harga CPO hanya bersifat sementara. “Itu terjadi karena ketakutan saja. Peternakan Namun, setelah lockdown selesai, harga CPO juga akan kembali lagi normal,” ujarnya saat dihubungi Sariagri, Rabu sore.Menurutnya, produksi kelapa sawit tetap jalan sekalipun Malaysia mengalami lockdown. Selain itu, penurunan permintaan produk berbahan baku CPO berlangsung hanya sepekan saja, selama lockdown berlangsung.Ibrahim menegaskan, penurunan harga CPO hanya kecil, sebab harga CPO sebenarnya masih tinggi. Bahkan, untuk kontrak bulan Agustus masih 3.881 ringgit per ton sedangkan untuk harga tertinggi 3.985 ringgit per ton. “Artinya apa, ada harapan harga CPO akan tetap naik. Apalagi harga minyak mentah juga akan naik, terutama dipengaruhi pertemuan negara-negara pengekpor minyak mentah atau OPEC malam nanti. Demikian jugam substitusi dari CPO, seperti kacang kedelai juga mengalami penurunan harga,” jelasnya.Ibrahim mengatakan, penurunan harga CPO hanya sementara, karena setelah lockdown selesai, harga CPO akan naik lagi dan normal kembali. Sebab, ekspor tetap tinggi. Kemudian, kekurangan pasokan dari Malaysia bisa ditutupi dari Indonesia. “Jangan takut, harga CPO akan di bawah 3.800 ringgit per ton. Malah, kemungkinan besar harga CPO akan mencapai targetnya di tahun ini, yakni di harga 4.300-4.600 ringgit Malaysia per ton,” pungkasnya.Diketahui, Malaysia menerapkan lockdown nasional secara total untuk semua sektor sosial dan ekonomi mulai Selasa kemarin 1 Juni hingga 14 Juni. Ini dilakukan karena jumlah infeksi harian mencapai 8.290 kasus. Angka tersebut angka yang tertinggi dalam sejarah pandemi Covid-19 di Malaysia.Video Terkait: